Jumat, 25 Maret 2016

Sakit Mu, Sakit Ku

Jum'at, merupakan hari aku menyambung tuliskanku dengan perasaan yang kacau. Mengapa demikian, dalam bagian ini merupakan keadaan yang membuatku tidak bisa berbuat apa-apa saat kekasihku sendiri sedang mengalami sakit. Tidak pernah terpikir olehku aku sampai pada saat sekarang ini, saat dimana aku hanya bagaikan patung Liberty yang berada di New York sana. Terdiam, membisu dan hampir seperti batu yang tak memiliki pengaruh apapun untuk kekasihku yang sedang sakit.

Malam itu...
Aku masih berkomunikasi dengan Puspa via Media Social seperti biasa yang kami lakukan jika berkomunikasi di saat malam menjelang tidur.  Aku tak punya firasat apapun, rasa khawatir yang memuncak di dalam diriku atas pengaduan sakitnya malam itu padaku. Seperti biasa karna pacarku mengaku perutnya sakit aku bertindak selayaknya dokter yang awam untuk segera memberikan resep agar minum obat biasa untuk menghilangkan rasa sakit yang ia derita. Ku kira sakit perut ini sakit perut biasa seperti semua oraang yang pastinya pernah mengalami hal semacam ini. Namun ekspektasiku salah dalam hal ini, kekasihku sungguh benar-benar merintih kesakitan atas sakit perutnya. Malam itu aku hanya bisa berdo’a agar kondisinya esok hari bisa lebih baikkan. Sebab aku tak ingin dia absen dari pandangan mataku secara tempat kerja kami sama dan dengan meja kami berdua yang saling berhadap-hadapan. Aku bekerja sebagai Operator di sekolah swasta sekaligus menjadi guru komputer di sekolah swasta tersebut dan sama halnya dengan pacarku yang seorang guru di sekolah swasta tersebut. Akhirnya obrolan malam itu sampai pada waktu untuk istirahat meskipun aku tahu ia masih merintih kesakitan namun apa daya ia juga harus istirahat dan harapanku semua akan baik-baik saja pikirku. Satu pesannya yang ku ingat jelas untuk hari esok bahwa ia tak bisa masuk karna sakitnya dan aku menyetujuinya agar aku memberikannya waktu istirahat yang cukup untuknya.

Kamis, 24 Maret 2016
Mentari telah naik keperaduannya, bertugas seperti biasa menerangi bumi ini setelah kabutnya malam berlabuh. Bercahaya membawa semangat baru dengan hangat mengenggam langkah kaki yang siap mencari sesuap nasi. Ku awali dengan sarapan pagi seprti biasa yang ku lakukan. Aku sudah tahu jika hari ini Puspa tak bisa datang dan lagi-lagi tak ada firasat burukku untuknya. Aku lalui hari ini tanpa beban dan bekerja seperti biasa.

Tepat pukul 8.30 pagi,
Seorang teman guru lain (Benni) bertanya padaku, “Adi, Kak Puspa Masuk Rumah Sakit Ya?”, dengan nada penasaran. Aku sontak menjawab, ”Hah, iyanya kak, aku tahunya kemarin malam bener dia masih sakit tapi kalau masuk rumah sakit baru ini aku dapat kabarnya dari kakak”. Aku menimpal pertanyaannya dan ia membalas, ”Di status BBMnya gitu”. Aku hanya bisa diam dan tak bisa menimpal apa-apa lagi dari ucapannya. Tak lama waktu berselang pesan singkat dari kekasihku pun menyinggahiku yang sedang kebingungan dengan pertanyaan yang membenarkan keadaan itu terjadi. Aku semakin tak tahu berbuat apa-apa sesaat kabar itu. Aku mengira hari ini tak terjadi apa-apa nyatanya tak semuanya yang kita harapkan di dunia ini berjalan mulus seperti yang kita harapkan dan mungkin inilah ujian.

Cerita soal sakit, bagi sebahagian orang mungkin kisahku dan kekasihku adalah cerita klasik yang sudah umum dan mungkin tidak begitu klimaks di bandingkan kisah novel-novel terbaik yang beredar di luar sana. Disisi lain, bagiku sakit apapun itu merupakan hal serius yang tak bisa aku hilangkan dari pikiranku apalagi yang mengalami sakit itu adalah perempuan dan perempuan itu kekasihku atau bahkan ibuku sendiri. Dahulu ibuku juga pernah mengalami sakit munmen atau maag akut atau apalah istilah kedokterannya sama seperti yang di alami oleh pacaraku saat ini. Laki-laki yang kuat sekalipun yang bahkan di bilang otot kawat tulang besi tak kan mampu melihat ibu menderita sakit atau dengan kata lain sebandit-banditnya anak lelakinya juga takkan mampu melihat ibunya menderita sakit. Aku bisa menjadi patung Malin Kundang ketika ibuku atau pacarku orang yang kusayangi jatuh sakit sebab apa, karna aku tak mampu berbuat apa-apa aku tak sanggup melihat rintahan kesakitan itu, mereka perempuan kenapa harus merasakan sakit kalau tuhan ingin memberinya sakit apa tidak bisa ke aku anaknya atau ke aku pacarnya paling tidak aku laki-laki yang sanggup menerima beban sakit itu tapi jangan untuk mereka orang-orang yang kusayangi, kucintai..ibuku..kekasihku atau keluargaku. Aku tak takut panasnya api dinginnya kutub utara tak selalu dalam sujudku, do’aku jangan pernah sakiti keluargaku dan orang yang ku sayangi. Aku orang yang introvert dan sanggup memendam apa yang kulihat dengan mata kepalaku sendiri dan menyimpan baik semua memori yang mataku lihat segala kejadiannya. Semua pikiranku, jiwaku, perasaanku tertuju untuk semua rasa sakit yang di alami kekasihku sama halnya ketika ibuku sakit. Bagiku mereka penyemangatku, tempatku berbagi kebahagian, temapat aku mencurahkan segalanya dan merupaka orang-orang yang berharga dalam hidupku. Tak akan mungkin aku bisa berreinkarnasi untuk menemukan orang-orang yang terpilih seperti mereka lagi.

Maret, menjadi penutup semua lembar cerita ini dengan keadaan yang cukup mengujiku. Kesabaranku diuji kembali dengan orang-orang yang kusayang  sebagai pelaku utamanya. Tak bisakan kebahagiaan itu selalu ada dan di buat tanpa adanya kata sakit atau rasa sakit?. Aku manusia biasa, lelaki perasa yang anti dengan kata sakit dan merasa kesakitan. Tak ada yang ingin ku katakana lagi dan berharap April akan menjadi lebih indah dan lebih baik.

“Ya..Rabb..Limpahkan Rahmat, Hidayah, Karunia, Rizki-Mu untuk ku dan keluargaku serta untuk kekasihku dan Keluarganya. Lindungi sehatnya kami sebelum sakit kami tiba. Jauhkan Segala yang buruk untuk kami Ya..Rabb..Istajib du’a ana Ya..Rahman”

Selasa, 22 Maret 2016

Kau Inspirasiku II

  Ku berusaha menenangkan hatiku yang mulai gelisah, satu perasaan lagi muncul yakni rasa cemburu. Lelaki yang ku puja masih dengan respon yang sama, dengan kecuekan dia, dengan ketampanan dia yang menyebarkan senyuman indahnya kepada setiap wanita yang ada. Aku semakin cemburu saat dia menebarkan pesonanya pada wanita. Perhatian demi perhatian aku berikan kepadanya hari demi hari. Dengan penuh kesabaran aku menghadapi berbagai sikap yang dia berikan kepadaku.
   Kesabaranku berbuah manis, dia juga merasakan hal yang sama. Rasa cinta dan sayang dia muncul kepadaku walaupun tak sebanyak yang aku miliki. Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik buat hambanya. Jika kita menjalaninya dengan tulus dan ikhlas semua akan berjalan dengan ridho-Nya.
Waktu telah tiba saat hujan membasahi bumi di malam hari, dia mengutarakan isi hatinya kepadaku malam itu. “Maukah kamu menjadi kekasihku?”. Pertanyaan itu menggetarkan hatiku yang telah lama menunggu dan membeku. Aku tak mampu menjawab dan hanya bisa diam dan tersenyum sebagai perwakilan bahwa aku juga mempunyai keinginan yang sama.
   Hari terus berlalu dan kami jalani semua dengan berbagai rintangan yang cukup berliku. Rintangan demi rintangan kami lalui dengan baik. Allah memberikan cobaan demi cobaan agar kami berdua mampu dan kuat menghadapinya. 
   Dia… Adi nama yang terukir dihatiku saat ini, yang memberikan perubahan yang sangat berarti dalam kehidupanku. Dia memberikan aku berbagai macam pelajaran hidup yang menjadikan aku lebih baik dari sebelumnya.

“Karena dia aku menjadi dekat kepada Sang Maha Pencipta”
Karena dia aku bisa merasakan cemburu”
“Karena dia aku bisa bersabar
“Karena dia aku belajar tersenyum karena aku sudah lupa bagaimana caranya  tersenyum”
“Karena dia aku belajar ikhlas menerima kekurangan dan kelebihan”
“Karena dia aku belajar berbagi kebahagian”
“Karena dia aku mengerti makna cinta dan sayang yang sesungguhnya”
“Karena dia hidupku menjadi lebih berwarna”
“Karena dia aku belajar meminta maaf”
“karena dia aku belajar berterima kasih”
“karena dia aku belajar mensyukuri”
“Karena dia aku bisa menangis”
“Karena dia adalah INSPIRASIKU memberi semangat dihidupku”
  Siapa yang tau takdir allah yang telah mempertemukan aku dan dia dengan cara yang Allah kehendaki. Kini hidupku lebih berwarna akan hadirnya dia disisiku saat ini. Perjalanan cintaku yang begitu berarti akan diabadikan dalam suatu bahterai pernikahan yang semua ku serahkan kepada Allah yang menggariskan jodoh buat kehidupanku. Dia lelaki yang telah memberikan perubahan hidup di kehidupanku, aku hanya bisa bersyukur atas nikmat dan kasih sayang yang Allah berikan kepadaku. Air mata yang mengalir saat ini adalah air mata kebahagian. Hati tak mampu untuk membuat dia kecewa, tawa canda dia telah menghiasi kehidupanku setiap detiknya.
   Dia lelaki yang luar biasa dalam perjalanan hidupku saat ini. Karena dia aku kuat, karena dia aku mampu melewati segalanya dengan indah. Allah mengantikan kesedihanku saat itu dengan kebahagian yang tak ku sangka - sangka. Kini aku lebih memasrahkan diri kepada Illahi atas segalanya. Aku lebih ikhlas menjalani semua hidupku. Itu semua karena kehadiran dia disisiku. Dia adalah INSPIRASI Ku. Penyeimbang dalam perjalanan kehidupanku. Ku hanya mampu memberikan yang terbaik buat dia. Dia menjadikan aku menjadi wanita yang lebih menghargai orang lain, memahami orang lain dan satu hal… aku sudah mendapatkan pelajaran Ikhlas dari perjalanan hidupku. Semua yang terjadi adalah pelajaran yang sangat berarti dan itu semua aku dapatkan karena kehadiran dia di perjalanan hidupku.
   Semua melalui proses perjuangan yang cukup panjang. Setiap kisahku, perjalananku buat lebih mengenal dia cukup penuh dengan rintangan dan hambatan. Hanya dia lelaki satu-satunya yang pantas buatku perjuangkan hingga akhir yang menentukan segalanya. Kini yang aku lakukan hanyalah lebih mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta yang mengatur segalanya. Aku sudah berusaha memberikan yang terbaik buat hidupku dan pilihanku. Hingga aku hanya mampu menunggu takdir yang telah digariskan oleh-Nya.

Kau Inspirasiku I

    Allah menciptakan kebahagian kepada setiap manusia dengan cara yang berbeda-beda. Dan allah juga memberikan ujian hidup kepada setiap insan dengan cara berbeda beda pula. Ini kisahku….kisah yang menjadikan aku bisa berubah menjadi lebih baik. Kegagalan demi kegagalan telah menghiasi perjalanan hidupku. Begitu juga kekecewaan yang menimbulkan trauma yang mendalam .
    4 tahun lamanya perasaan cinta dan sayang yang aku miliki itu musnah tiada tersisa. Yang ada hanyalah kekecewaan, ketakutan dan kebencian atas semua perasaan yang aku miliki. Dunia menjadi hampa…cahaya indah pun seolah – olah tak hadir di kehidupanku lagi. Yang kujalani hanyalah kepasrahan tanpa ada semangat hidup yang lebih berarti.
    Seperti biasa aku menjalani rutinitasku dan pekerjaanku dari awal hingga akhir itu ke itu saja. Sampai terkadang aku merasa bosan dengan kegiatan yang berulang- ulang dalam hidup ini. Yah…beginilah hidup harus di jalani, ibarat dunia ini panggung sandiwara yang dimana semua alkisah kehidupan dijalani sesuai dengan skenario sang pencipta. Aku hanya mampu memasrahkan diri atas takdir yang akan aku jalani.
    Pagi yang cerah…. matahari bersinar dengan terang…seakan berkata kepadaku bahwa aku harus bangkit dari segala hal yang menjadikan semua hidup ini hampa. Ku lajukan sepeda motorku menuju ketempat kerja. Yah…seperti biasa aktifitas dimulai dengan pekerjaan yang sudah terhapal alur kegiatan rutinitas. Kesibukan pun terjadi karena menjelang hadirnya bulan Ramadhan yang sangat aku rindukan. Pagi itu awal dari sebuah semangat dan perubahan dalam hidupku. Hidupku menjadi lebih berwarna saat seseorang telah mengetuk pintu hatiku untuk memulai sebuah cinta dan kasih sayang yang selama ini telah terkubur. Adi namanya….dia adalah seorang pria dewasa dengan berpostur tubuh ideal, tinggi, berkulit sawo matang dan gagah.
      Allah telah mengirimkan dia melalui sebuah doaku yang begitu panjang selama ini. Allah telah menakdirkan setiap insanya dengan 4 kreteria jalan hidup yang tersusun dengan rapih. Langkah, Rezeki, Pertemuan dan Maut adalah jalanya kehidupan setiap insan mahluk yang allah ciptakan. Inilah Awal pertemuanku dengan dia, sesosok pria yang memberikan pelajaran berarti dalam kisah hidupku. Awal aku melihatnya disaat dia menyampaikan lamaran pekerjaan di tempat aku bekerja. Dia dan rekanya ingin bergabung di tempat aku bekerja. Dengan wajah tampannya, dengan pakaian rapihnya menarik perhatianku saat itu.
     Seperti biasa aku menyambut tamu yang datang kesekolah itu dengan senyuman dan keramahan yang khas yang aku miliki. Beberapa pertanyaan aku lontarkan ke dia dan rekanya. Dengan gaya cuek dan sombongnya saat itu dia menjawab semua pertanyaanku dengan singkat tanpa basa basi. Sikap dia membuat aku menjadi penasaran untuk lebih mengetahui sikapnya yang dingin saat itu.

Haripun berlalu…
     Aku berdoa semoga aku dipertemukan kembali kepada dirinya. Doaku bersambut…dia..ya…dia…akhirnya diterima ditempat aku bekerja. Ramadhan pun tiba…bagaimanapun juga aku bersyukur kepada Allah mendengar doaku walaupun hanya terlintas dihatiku. Senyum mulai tersungging dibibir tipisku. Ada rasa yang berbeda jika aku melihatnya dari awal pertemuan. Rasa damai yang aku rasakan mendorongku untuk lebih mengenal dia lebih dalam. Adi Guna Pangestu Al-A’la adalah nama aslinya dalam pandangan awalku dia adalah seseorang pria yang sombong, cuek dan pendiam. Orangnya cuek dan benar benar cuek yang membuatku semakin penasaran akan sikapnya itu. Semakin aku mendekatinya semakin aku merasakan sesuatu yang berbeda. Rasa yang telah hilang itu timbul seketika. Aku mulai merasakan getaran aneh di hatiku jika aku memandang dia. Aku berusaha menghapus semua rasa yang aku miliki karena aku beranggapan perasaan itu hanya sementara.

Ternyata aku salah….

      Perasaan itu semakin kuat saat dia disandingkan kepadaku untuk menjadi satu Tim dalam bekerja. Aku berusaha untuk tidak menghiraukan perasaan yang aku miliki. Karena didalam benakku aku hanya sanggup berkata “aku lelah untuk mencintai” dan tak ingin jatuh cinta lagi. Hari semakin berlalu perasaan itupun mulai berubah, aku mulai mencintainya dan menyayanginya. sementara dia tidak mempunyai perasaan apapun pada diriku saat itu. Perasaan itu menyiksaku dan aku tidak ingin semua yang aku rasakan membuat aku menjadi tidak nyaman selamanya. Hanya kepada Sang Maha Cintalah aku mengadu atas kegelisahan yang aku alami, sepenggal doa aku panjatkan untuk kekuatan hatiku.
“Ya Robb…
Bila hatiku menggangu hatinya
Tidak membawa kebaikan padanya
Maka kau pisahkanlah kami biarpun aku terluka
Bila aku tidak layak dan bukan yang terbaik untuknya
Maka Kau jauhkan aku darinya
Bila bukan aku yang tertulis
Untuk melengkapkan separuh dari agamanya
Maka jarakkan kami agar tidak timbul rasa yang mengundang kecewa
Namun jika yang tertulis oleh-Mu
Untuk saling melengkapi iman kami
Maka permudahkanlah melalui jalan yang Engkau Ridhoi. Amin“.


 
Catatan Cinta Blogger Template by Ipietoon Blogger Template